
Manusia dan Jin diciptakanoleh Allah Ta’ala untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (الذاريات 56)
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”(QS Adzariat 56)
Beribadah dalam ayat diatas bersifat umum sehingga bisa diartikan segala hal yang bersifat ta’at kepada Allah Ta’ala (bukan Maksiat), bahkan memerlukan panduan cara melaksanakanya sehingga sesuai dengan aturan yang Allah perintahkan melalui Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam hal ini ilmu mempunyai peranan sangat penting bahkan tak dapat dipisahkan dalam kontek pelaksanaan perintah beribadah.
Peran ilmu dalam sangat penting terutama ilmu yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan manusia itu sendiri, sebab ilmu kehidupan manusia akan menjadi lebih terarah dan tertata sehingga dalam kehidupan mansuia dapat berjalan sesuai dengan batas-batas yang ada dalam islam. Jika manusia ber iman kunci selamat nya adalah amal sholeh, maka amal menjadi soleh kunci utamanya adalah ilmu, mentafsirkan ma’na dari amal sholeh, pengarang kitab tafsir Fakhrurrazi mengatakan bahwa amal akan menjadi soleh di tentukan oleh empat factor yaitu Ilmu, Niat, Ikhlas dan Sabar.
Imam Ahmad bin Ruslan dalam kitab Zubad lebih tegas mengatakan bahwa siapaun ber amal tanpa ada bekal ilmu didalamnya, maka amalnya akan ditolah oleh Allah Ta’ala. Beliau sampaikan dalam sebuah syair sebagai berikut :
وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ
“Dan tiap-tiap orang yang dengan tanpa ilmu (dia) beramal, maka amal-amalnya di tolak tidak di terima”.
Dari kutipan Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Sayyidina Ali RA berkata dalam bentuk syair sebagai berikut :
مَا الْفَخْرُ إِلاَّ لِأَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّهُمُ عَلَى الْهُدَى لِمَنْ إِسٍتَهْدَى أَدِلاَّءُ
وَقَدْرَ كُلِّ امْرِءٍ مَا كَانَ يُحْسِنُهُ وَالْجَاهِلُوْنَ لِأَهْلِ الْعِلْمِ اَعْدَاءُ
فَفُزْ بِالْعِلْمِ تَعِشْ حَيًّا أَبَدَا وَالنَّاسُ مَوْتَى وَاَهْلُ الْعِلْمِ أَحْيَاءُ
“Tiada kebanggan kecuali bagi orang yang berilmu, sesungguhnya mereka berada pada petunjuk (Allah), mereka menjadi petunjuk bagi orang-orang yang meminta petunjuk.”
“Derajat setiap orang berada pada kepakarannya dalam sebuah hal. Orang-orang bodoh adalah musuh bagi para ahli ilmu.”
“Gapailah ilmu, maka engkau selamanya akan hidup. Para manusia mati sementara ahli ilmu hidup”
Karena ilmu adalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka menuntut ilmu pun menjadi ibadah yang paling utama bagi seorang hamba Allah, sebagaimana Sabda Rasulullah Shallau ’Alaihi Wasallam :
مَا عُبِدَ اللهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنَ الفِقْهِ فِي الدِّيْنِ (أخرجه البيهقي في “شعب الإيمان)
“tidaklah Allah disembah dengan suatu (ibadah) yang lebih utama daripada memahami (ilmu) dalam agama.” (HR Baihaqi dalam kitab Syuabul Iman)
Dalam mencari ilmu, seorang muslim harus pandai memilih ilmu apa yang harus lebih didahulukan sesuai dengan kebutuhan terhadapnya, missal seorang islam dalam kehidupanya tidak pernah lepas dari shalat, puasa dan amal lain yang diperintahkan oleh syara’. Ilmu yang mengatur semua itu adalah ilmu fiqih mempunyai peran yang yang paling penting bagi manusia mengatur kehidupan beragama yang benar. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan :
تَفَقَّهْ فَإِنَّ الْفِقْهَ أَفْضَلُ قَائِدِ إِلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَأَعْدَلُ قَاصِدِ
هُوَ الْعِلْمُ الْهَادِيْ إِلَى سُنَنِ الْهُدَى هُوَ الْحِصْنُ يُنْجِي مِنْ جَمِيْعِ الشَّدّائِدِ
“belajarlah ilmu agama karena ia adalah ilmu yang paling unggul, Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu yang palin lurus untuk dipelajari”
“Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus yakni jalan petunjuk, dialah ilmu yang dapat menjaga manusia dari segala keresahan”.
Ilmu fiqih juga mempunyai peran yang dominan dalam kehidupan seorang muslim. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ (التوبة 122)
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mu’min itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa Sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah Kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”. (QS Attaubah 122)
Bahkan terdapat beberapa anjuran yang dirangkum dalam ayat ini, diantaranya ; anjuran belajar dan mengajar, anjuran mendalami ilmu agama dan anjuran berdakwah di jalan Allah.
Allah Ta”ala tidak mengajarkan kepada Nabi-Nya dalam berdoa untuk meminta ditambah kecuali hanya Ilmu agama, Allah Ta’ala berfirman :
فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا (طه 114)
”Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Alqur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS Thaha 114)
Keistimewaan orang yang Alim dalam ilmu agama masuk dalam bagian hamba-hamba Allah yang diberi kesempatan untuk memberikan syafaat pada hari Qiyamat, Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ : الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُهَدَاءُ (أخرجه إبن ماجه)
“(Bisa) memberi Syafaat pada hari Qiyamat tiga kelompok : para Nabi kemudian para Ulama kemudian para Syuhada”. (HR Ibnu Majah)
Setelah menyebutkan hadits ini Imam Ghazali Rahimahullah mengatakan, betapa mulya nya para Ulama’ dengan martabat yang posisinya dibawah para Nabi dan diatas orang-orang yang Syahid.
Beberapa dalil Alqur’an, hadits dan ungkapan para salafussolih diatas sudah lebih dari cukup untuk dijadikan sebagai penggembira bagi hamba-hamba Allah yang hidupnya berkaitan dengan ilmu dan Ulama yang mendalami ilmu agama. Meskipun yang tidak disebutkan dalam tulisan ini masih sangat banyak dan hampir tidak terhitung bilanganya.
Semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai hambanya yang digerakkan hatinya untuk cinta kepada ilmu agama dan para Ulama sehingga keberkahanya menetes kepada kita dan keluarga kita, Amin ya Mujibassailin.